Traveling as Self Healing

Assalamualaikum Sahabats …

Sebagai manusia kita pasti pernah terluka atau berada dalam kondisi kelelahan emosional sehingga menyebabkan lelah jiwa raga. Kita semua sudah tahu cara mengatasi kelelahan raga atau sakit pada raga. Pergi ke dokter, minum obat, konsumsi vitamin, atau sekedar istirahat untuk mengembalikan energi. Tapi kalau lelah hati? Adakah obat untuk lelah hati? Ketika emosi terkuras oleh luka batin bagaimana cara kita menyembuhkannya?

Semua orang pasti pernah mengalami luka batin dalam episode kehidupan kita. Entah karena kegagalan, kehilangan seseorang, atau perlakuan negatif dari lingkungan sekitar. Daripada menyimpan semua emosi negatif tersebut dalam hati ternyata Allah sudah mendesain tubuh manusia sedemikian rupa sehingga kita mampu menyembuhkan luka batin yang kita alami.

Self healing adalah sebuah proses menyembuhkan luka batin dengan melibatkan kekuatan diri secara penuh untuk bangkit dari penderitaan. Tanpa bantuan orang lain, tanpa media apapun. Self-healing membantu kita mengenali pikiran dan perasaan negatif yang selama ini mengurung diri. Setelah mengenali dan menerimanya, kita akan mampu mengurai satu persatu masalah yang membebani pikiran dan perasaan kita tadi. Tujuannya bukan mengingat-ingat luka yang telah berlalu, tetapi mengajak kita untuk lebih memahami diri.

Menurut pakar kesehatan holistik Reza Gunawan self healing bersifat universal, tidak mengacu agama manapun, praktis, dan dipelajari secara masuk akal. Filosofinya bertumpu pada manusia sebagai unit yang lengkap antara badan, batin, dan energinya. Setiap orang punya metodenya sendiri untuk mengatasi luka batin yang dialami. Aku sendiri punya satu metode yang aku rasakan ampuh menghempaskan semua emosi negatif dalam diri. Traveling. Yes, betul Sahabats, ketika sebagian orang menganggap traveling hanya menghamburkan uang atau sekedar untuk memenuhi timeline sosmed dengan foto-foto cantik, ternyata banyak hikmah dan manfaat yang bisa kita ambil dari traveling. Traveling can be a good self healing method.

Menyembuhkan Luka di Vancouver

Alkisah saat itu aku sedang berjuang menyelesaikan skripsi S1 ku Sahabats dan tetiba datanglah sepucuk undangan pernikahan dari Jogjakarta. Tahu nggak siapa yang nikah? Pacarku. Aku bilang pacar karena saat itu status kami masih pacaran meskipun lagi tahap menjeda karena beberapa bulan terakhir lagi banyak banyak pertengkaran yang kami alami. Aku pikir karena LDR yang kami jalani rupanya di sana sudah ada perempuan lain yang kemudian jadi istrinya. Sebagai pelengkap penderitaanku waktu itu aku lagi menyelesaikan skripsi. Situasinya udah kaya sinetron banget.

Luka batin yang waktu itu kualami aku coba tutupi dengan semangat mengerjakan skripsi. Dari pagi sampai malam di perpustakaan, malamnya ngetik, pagi balik lagi ke perpus gitu aja terus supaya sakit hatinya nggak sempat terasa. Eh ujian ternyata masih berlanjut dong. Dosen pembimbingku pergi meninggalkan aku karena mengikuti Sandwich program di Amerika. “You can do it without me,” se-simple itu pesan beliau saat aku menyerahkan draft bab 4 untuk kedua kalinya. Setelah memberikan beberapa arahan dan revisi yang harus kukerjakan kami berpisah dan itulah hari terakhirku bertemu dengan beliau. Bahkan saat aku sidang skripsi beliau tidak mendampingiku. Ditinggalkannya aku berjuang sendiri tapi alhamdhulilah aku berhasil lulus dengan nilai A.

Skripsi selesai aku mulai kehilangan arah, rasa sakit mulai menjalar lagi di hati, terlebih di hari H pernikahan sang mantan. Tapi Allah Maha Baik di saat bersamaan papa dapat undangan seminar di Vancouver Canada dan papa mengajak aku ikut bersama beliau karena beliau tahu kesulitan yang sedang aku hadapi. Perjalanan pertama keluar negeri, hanya berdua sama papa tercinta, it was a moment to remember for the rest of my life.

Travel Shifts My Mood

Berada nun jauh di negeri orang dengan suasana dan pemandangan yang jauh berbeda dari negeri sendiri benar-benar bisa mengalihkan emosi negatif yang sedang aku rasakan. Melupakan semua rutinitas dan memperkenalkan sesuatu yang baru pada panca indera dan otak ternyata ampuh mengubah semua energi negatif menjadi positif. Aku jadi lebih fokus pada semua pengalaman baru yang aku rasakan.

In my opinion traveling memiliki kemampuan untuk memperluas pikiran kita dengan cara unik. Ketika berinteraksi dengan dunia sekitar, seseorang dapat menemukan hasrat dan tujuan baru untuk hidup. Menghadapi kesulitan dalam lingkungan yang tidak dikenal, di antara orang-orang baru memaksa kita untuk belajar dan menyesuaikan hidup yang berada di luar zona nyaman. Semakin banyak tantangan yang kita hadapi selama perjalanan, semakin banyak kebaikan yang kita rasakan, At the end of the day kita menjadi menjadi lebih tangguh, secara mental dan emosional tumbuh dewasa.

New Places, New Hopes

Menjelajahi tempat-tempat baru juga dapat memberi kita fresh start setelah pulih dari semua kekacauan emosi dalam diri. Pengalaman baru membantu me-refresh otak kita sehingga meningkatkan mood dan kepercayaan diri lagi. Menurut beberapa buku yang aku baca orang menemukan tujuan hidup dan mengalami pertumbuhan diri saat mereka bepergian karena memberi mereka pengalaman langsung tentang orang baru dan tempat baru.

Di Vancouver aku melihat salju untuk pertama kalinya di salah satu resort ski terbesar di dunia, Whistler, mencoba naik kereta gantung, lihat beruang Grizly, mencoba semua transportasi umum, dan yang paling nggak terlupakan adalah jalan sendiri dari hotel ke toko buku. Meskipun jaraknya cuma beberapa blok tapi ketegangan dan keseruannya masih bisa aku ingat sampai sekarang. Semua pengalaman berharga itu bikin aku jadi lebih percaya diri dan yakin kalau semua ketetapan Allah adalah yang terbaik. Mungkin kalau nggak patah hati begini aku nggak akan pernah bisa menjejak ke Vancouver.

I am One Grateful Soul

Banyak dari kita cenderung menerima begitu saja apa yang kita miliki dan lupa bersyukur. Ketika ada yang tidak sesuai dengan keinginan kita terjadi kita jadi stres dan frustrasi. Keluar dari zona nyaman menyadarkan kita betapa berharganya hidup yang kita punya. Orang-orang yang kita jumpai selama perjalanan bisa jadi pengingat untuk memperlakukan orang lain dengan kebaikan yang sama, di mana pun kita berada, dan untuk bersyukur atas semua kebaikan yang Allah berikan. “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan nikmat-Ku kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih”. – (Q.S Ibrahim: 7)

Perjalanan selama 10 hari di tahun 2005 lalu membawa banyak pelajaran dan kenangan manis buatku. Semenjak itu aku jadi paham seberat apapun ujian yang aku hadapi, serumit apapu rasa yang ada di hati, traveling selalu bisa menyembuhkan semua lukaku.

Traveling bukan berarti liburan selama sebulan di negara asing atau ke tempat yang eksotis. Melakukan perjalanan selama beberapa hari ke tempat terdekat dapat membantu merileks-kan pikiran. Traveling juga tentang memasukkan sesuatu yang baru dan menarik ke dalam hidup kita, mencoba belajar dari pengalaman dan menerapkan pembelajaran ke dalam hidup kita sehari-hari agar jadi lebih damai, mengasyikkan, dan jauh lebih bahagia.

Perjalanan yang kita lakukan akan menjadi sumber inspirasi tanpa akhir, yang dapat menyembuhkan diri secara emosional dengan caranya yang unik. Semua kebuntuan hati dan pikiran perlahan akan terbuka dan akhirnya kita kembali menemukan diri kita. That is why traveling is considered as a form of self healing.

23 Replies to “Traveling as Self Healing”

  1. Habis jalan2 pikiran emang jadi lebih fresh. Kapan yaa bisa traveling lagi moga corona segera berlalu.

  2. betul mbak, aku setuju karena traveling bikin semuanya segar, keluar dari rutininas sehari hari ya, semoha pandemi ini segera berakhir, sementara travelingnya di rumah tamu, teras, dapur, hahaha

  3. Lulu Khodijah says: Reply

    Setuju mbak. Saat traveling bisa menemukan hal baru yang nggak ditemui sehari-hari. Bikin refresh setelah balik ke kehidupan nyata hahaha

    1. Bener banget, Mbak. Selain self-healing, traveling juga jadi sebuah proses meditasi buat saya. Terus ketika datang ke tempat baru, otomatis juga belajar hal baru.

  4. Masyaa Allah sy terhenyuh ketika membaca kisah mba muna dibagian diajakin ke Kanada sm ayah karena tahu kondisi mba muna, sy pikir itu adalah cinta seorang ayah. memang traveling menjadi healing kita ya mba muna

    1. Ya Allah, abis ditinggal mantan, ditinggal dosen. Hiksss. Tapi perjalanan sama Papamu itu bagian paling mengharukan buatku Mba, so sweet dan menyembuhkan bgt yaa, awalnya otak keslimur skripsi begitu selesai yg dihindari hrs dihadapi

  5. Setuju Mbak, traveling bisa mengingatkan kembali ke diri kita sendiri bahwasanya tidak ada yang tidak bisa diselesaikan…hanya butuh sudut pandang yang berbeda dan aku pun kadang kalau lagi suntuk cukup jalan kaki tak tentu arah sambil lihat suasana sekitar pulangnya sudah lega…intinya ganti suasana biar dapet pencerahan ehehehe…

  6. Yups..traveling memang ajaib..bisa jadi penyembuh luka juga penumbuh motivasi. Duh makin kangen traveling niii…

  7. Sebuah pembelajaran yang pasti saat mengalaminya terasa sakit banget. Tapi membawa hikmah karena ada yang lebih istimewa yang akan hadir. Traveling memang ampuh menjadi penyembuh luka hati

  8. Terharu bacanya Muna, Papa tahu banget ya apa yang jadi obat untuk putrinya, diajak traveling..benar banget traveling bikin hati gembira dan itu adalah obat…semoga kita bisa jjs lagi setelah Corona ya aamiin

  9. Ya Allah tega bener ya mb si mantan pacar ma mb Muna..kasih undangan pula…blm jodoh ya mb.mungkin klu berjodoh bisa makan ati trs hehe. Iya betul traveling itu bisa jd self healing

  10. Perjalanan memang memberikan warna tersendiri dalam hidup. Apalagi ketika melakukannya di tempat baru. Melihat sesuatu yang baru, menjalani banyak hal yang belum pernah kita lakukan, bisa menjadi terapi tersendiri untuk jiwa kita. I’m glad you made it, Muna.

  11. Fitra Juwita says: Reply

    widihh,,,keren banget, luka yang tadinya menganga seketika kena salju jadi beku ya mbak, gak berdarah lagi dan beku deh jadinya. syukurlah, mbak bisa segera lukas pulih, itu yang patut disyukuri.

  12. Ya Allah.. pasti puyeng banget. Ditinggal nikah sekaligus ditinggal dosen. Tapi mbak Muna keren bisa melewatinya dengan baik. Btw, romantisnyaaa bisa jalan2 berdua sama Ayah tercinta… Daddy should always be her daughter’s first love yaa.. 🙂

  13. Si mantan bukan seseorang yang worthed untukmu mbak. Bersyukur dia pergi, karena dirimu menemukan seseorang yang teramat layak bersamamu sekarang. Tapi yo trenyuh le baca aku 😄

  14. MasyaAllah, gak nyangka ternyata mbak Muna punya cerita yang sedalam itu. I am proud of U could find positive coping in the midle of nowhere kayak gitu. Dan yakin sekarang kalau dia baca cerita ini, ada nyesel-nyeselnya gitu, deh.

  15. Kalau udah diceritain gini seru ya, mengenang lika-liku kala itu. Nggak kebayang seperti apa rasanya pas ngalaminnya. Ditinggal nikah, ditinggal dosen pula. But Alhamdulillah, you made it through Mbak.

    Emang bener sih, in the end, semua itu ada hikmahnya. Hal-hal well, bukan buruk ya…mungkin lebih tepat kalau dibilang nggak nyaman, itu adalah bagian dari rencana Allah untuk kita. Entah sebagai pembelajaran, peluruh dosa, atau persiapan atas pengganti yang jauh..jauh…jauh lebih baik dari rencana kita.

    Seringnya, kitanya (eh, atau lebih tepatnya, saya) yang suka maksain kehendak, nggak mau nurut sama rencana Allah. Akhirnya, jadi desperate, putus asa, dan enggan ngapa2in.

    Salah satu self healing yang so far works well buat saya adalah ngintip salah satu WAG teman kuliah yang 99% penghuninya edan semua. Membaca kelakar-kelakar mereka sejenak mengobati kesedihan yang saya alami.

  16. Terharu sekali membacanya mba. Jadi teringat kisah yang hampir sama hampir setahun lalu. Tapi saya sendiri bukan tipe yang jalan jauh-jauh. Cukup dengan keliling kota dan ketemu dengan bermacam-macam orang baru sudah cukup. Emang suka banget ngobrol anaknya. Tetap semangat ya mba.

  17. Traveling, apalagi bersama orang2 tersayang memang bisa menjadi obat hati yang luka.. Dan aku percaya, traveking juga salah satu yg menimbulkan semangat baru.. Kangen traveliiiiing…hiks..

  18. Ya Allah kangen travelling, tapi katanya beda travel sendiri dengan sama anak hihi.

    Saya rasa konsep travelling itu karena kita terlepas dari aktivitas sehari2 memungkinkan kita bisa lupa atau keluar sejenak dari yang mungkin ada keruwetan.

    Alhamdulillah ya mbak, travelling bisa buat menyembuhkan luka batin

  19. Masyaa Allah rencana Allah memang luar biasa ya. Aku kalau dalam posisi mbak mungkin gak kuat. Eh setuju banget kalau traveling ini self healing. Aku juga gitu. Kalau lagi pikiran puyeng. Keluar bentar naik motor keliling kota atau cuma duduk2 di taman kota sudah fresh lagi pikiran.

  20. Ya Allah, kak..
    Ujian hidup dan kebahagiaan memang datangnya silih berganti. Semoga dengan besarnya rasa syukur yang terucap setiap hari, kita bisa merasakan bahwa kasih sayang Allah lebih besar daripada ujianNya.

  21. Ditinggal nikah lalu ditinggal dosen, omoo mba kuat sekali bisa menghadapi semuanya. Memang ga mudah yaaa.

    Aku juga suka traveling emang healing banget sih. Cuma kesempatannya yg seringnya sudah didapati. Jadi kalau traveling ya nggak jauh2, yg pntg pokoknya yg bertemu dgn org baru dan tmpt baru yg pntg tuh…

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.