Horeee…. bisa ke Jogja lagi. Seneng deh. 🙂 Kota yang selalu bikin kangen dan nggak pernah bosen meskipun udah berkali-kali datang. apalagi kedatangan kali ini nginepnya di Sheraton Mustika, Jogjakarta lho. Wuuiih… ngimpi apa coba? Bisa nginep di 5 stars hotel, biasanya aja di hotel tipe bintang jatuh hehe. 😛

Sebelum balik ke Semarang, kami mampir ke Candi Prambanan. Setelah candi Borobudur, aku pengen ngajakin Nadia ke Candi Prambanan. Nah supaya Nadia nggak bosen aku mulai lah cerita tentang legenda si putri Roro Jonggrang yang di kutuk jadi batu karena sudah berbohong. Taktik ini ternyata berhasil. Nadia antusias banget pengen lihat wujud si princess ini. 😉

Jadi emak pecinta traveling (momtraveler) itu memang diperlukan akal yang cukup panjang. Namanya juga anak-anak kadang muncul juga rewelnya atau lebih milih jalan ke Theme Park atau pantai, padahal banyak tempat lain yang oke juga untuk dijelajahi. Sebagai orangtua kita dituntut untuk sabar dan pinter cari celah. Pastinya traveling sama anak nggak sebebas traveling rame-rame dengan sahabat tapi bukan berarti nggak seru. Kerewelan itu bisa diatasi dengan sedikit taktik (dan janji dibeliin es cream magnum pas pulang) dan kesabaran. 😛

Jogja Prambanan - nov 14 -51

Oke balik lagi ke Candi Prambanan yang merupakan Candi Hindu terbesar di Asia Tenggara yah. Candi Prambanan dibangun abad ke-9, dipersembahkan untuk dewa Syiwa, sang penghancur, dan dua yang ada di sampingnya dipersembahkan masing-masing untuk dewa Brahma, dewa pencipta serta dewa Wisnu, dewa pemelihara. Candi yang tertinggi menjulang setinggi 47 meter diantara candi-candi lain di sekitarnya.

Lokasinya nggak jauh lho dari Candi Borobudur yang merupakan Candi Budha yang juga jadi salah satu warisan budaya dunia yang diakui UNESCO. Candi ini di bangun pada abad ke 9 dan sempat mengalami beberapa kali renovasi. Prambanan yang dahulu sempat rusak akibat bencana alam ditemukan kembali oleh seorang warga Belanda bernama CA Lons tahun 1733 setelah terabaikan selama ratusan tahun. Candi ini telah mengalami pemugaran dan kini Candi Prambanan dikenal sebagai Candi Hindu paling indah di Indonesia. Aku sendiri termasuk penggemar candi Prambanan sejak dulu. Menurutku si Candi Prambanan ini terlihat sangat anggun dan unik. Secantik Roro Jonggrang mungkin? 😉

Jogja-Prambanan-nov-14-62
si putri ini dikutuk jadi batu karena suka bohong … makanya jangan bohong ya?? 😉

 

Jogja-Prambanan-nov-14-48

Jogja-Prambanan-nov-14-70

Candi Prambanan ini adalah candi utamanya. Ada candi-candi kecil, sebagian masih belum jadi tersebar di sekitarnya. Ya .. seperti yang pernah kita dengar dalam kisah Roro Jonggrang, ratusan candi kecil ini (Candi Sewu) adalah candi-candi yang sudah di bangun Bandung Bonwoso untuk sang Putri. Mungkin dari candi-candi kecil yang kemudian mengilhami lahirnya legenda Roro Jonggrang ya. 🙂

Relief candi Prambanan berkisah tentang epik Ramayana yang terkenal itu. Bagi penggemar cerita epik semacam ini bisa lho dilihat live di Candi Prambanan. Dari jaman kuliah dulu aku pengen banget nonton sendratari Ramayana di Candi Prambanan yang katanya selalu full booked dan dipenuhi bule-bule. Sayangnya sampe sekarang belum kesampaian. 🙁 Kalau kalian tertarik melihat sendratari ini, ada jadwalnya tetapnya kok, boleh tanya sama petugas di Candi Prambanan atau lebih praktis lagi nanya mbah gugel aja yah heheh. 😛

Jogja-Prambanan-nov-14-59
salah satu relief yang ada di candi Prambanan

 

Jogja-Prambanan-nov-14-68

Oya, selama kunjungan di Candi Prambanan ini ambilah foto sebanyak mungkin. Selain karena lokasi tempatnya yang memang keren dan sayang banget kalau sampe nggak narsis disini, tiket masuk yang kita beli berlaku selama 1 hari penuh. Jadi mau dari pagi buta sampe malam pun nggak masalah. Kalau capek ada kereta wisata yang bisa mengantarkan kita keliling Candi yang luas ini, meskipun lebih asyik kalau kita jalan perlahan sembari menikmati relief candi dan pemandangan yang indah sekalian olahraga juga kan. Toh we have all day to enjoy this temple. 🙂

Pengen beli souvenir dan oleh-oleh bisa banget. Setelah puas menikmati keindahan Candi Prambanan kita bisa langsung cuzz ke pasar seni yang pasti akan kita lewati sebelum keluar. Barangnya lucu-lucu dan bisa banget di tawar.
Jogja memang gudangnya tempat asyik, makanan enak, dan barang-barang lucu dan murmer. Siapa yang nggak betah liburan ke Jogja? Jogja … I love you full deh. 🙂

Happy traveling 🙂

Jogja-Prambanan-nov-14-54

Assalamualaikum sahabats 🙂

Sebenernya acara ini sudah agak basi di bahas sekarang, secara agenda ini diadakan 31 Desember, 2014 lalu. Tapi berhubungan segala kesibukan dan keriweuhan mengejar deadline, akhirnya baru sempet posting hari ini. Better late than no posting at all kan?? 😉

Di gelar di gedung Tourism Information Center nya Jateng, acara berlangsung cukup meriah pagi itu. Ada berbagai tamu kehormatan yang diundang menghadiri launching Central Java E-tourism ini seperti perwakilan dari Dinas Pariwisata daerah, awak media, stakeholder pariwisata, komunitas sosial media, dan pastinya travel blogger yang berdomisili di Jateng, termasuk akuh. 😉 Spesial thanks buat mas Fahmi Anhar, travel blogger nan kondang itu yang sudah mengundang aku. 🙂

Gedung TIC Jateng foto diambil dari www.tugumudasemarang.blogspot.com
Gedung TIC Jateng
foto diambil dari www.tugumudasemarang.blogspot.com

Launching Central Java E-tourism ini di pimpin langsung oleh kepala Disbudpar Jawa Tengah, bapak Prasetyo Ariwibowo. Dalam pemaparannya beliau mengemukakan bahwa saat ini ada trend yang cukup menarik dalam dunia pariwisata Indonesia. Konsumen tidak lagi mengandalkan iklan atau booklet pariwisata namun melalui internet. Nah disinilah peran besar para travel blogger akhirnya mulai disadari dan diakui banyak pihak. Para travel blogger inilah yang secara masif menyebarkan informasi wisata pada pembacanya yang tersebar di seantero dunia dan membawa dampak kenaikan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.

Kesadaran bapak Prasetyo Ariwibowo ini ternyata juga diamini oleh Kemenbudpar dan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo sehingga tercetuslah ide membuat Central Java E-tourism ini. setelah launching Central java E-tourism ini rencanaya, Disbudpar Jateng akan lebih banyak merangkul para travel blogger untuk membantu mempromosikan pariwisata Jawa Tengah. Sejauh ini memang pariwisata Jawa Tengah masih tertinggal bila dibandingkan dengan Jogjakarta, Jawa Timur, dan beberapa Provinsi lain padahal kalau boleh jujur potensi Jawa Tengah nggak kalah besarnya lho. 🙁 Jadi apa yang menyebabkan angka wisatawan yang berkunjung ke Jawa Tengah tak sebanyak di tempat lain??

foto dipinjam dari sini
foto dipinjam dari sini

Well .. kalo menurutku sih sebagai pelaku lapangan, potensi ini masih belum maksimal digali. Pengemasannya pun kurang menarik jika dibandingkan daerah lain. Belum lagi fasilitas yang masih minim. Inilah yang juga dikeluhkan banyak wisatawan lain dan syukurlah pihak Dinbudpar mulai menyadarinya. Sembari memperbaiki kekurangan disana sini, Dinbudpar juga sudah memiliki agenda strategis untuk meningkatkan pariwisata Jateng. Selain pemasaran secara digital melalui Central Java E-tourism, Dinbudpar juga akan gencar berpromosi di media cetak dan elektronik, melakukan roadshow, familiarization trip dengan para travel blogger (cihuuuuyyyy :)), dan lomba blog. Nah yang ini pasti di tunggu-tunggu banget sama para blogger yah. So my fellow bloggers, wherever you are, prepare yoursepf for the big event yah. It’s coming soon. 🙂

Selain melakukan beberapa langkah strategis di atas Dinbudpar Jateng juga sudah memetakan beberapa lokasi wisata yang akan menjadi andalan dan fokus utama. Adalah kawasan Karimunjawa, peningkatan kualitas beberapa wisata alam, pengembangan Museum, pengembangan Desa Wisata, dan merealisasikan Jateng Park.

20150107_074604
hasyeeekk dapet calender event Jateng nih, siap traveling!!! 😉

sebagai travel blogger, aku merasa bangga banget bisa ikut berkontribusi dalam peningkatan kualitas pariwisata Jawa Tengah. Sudah saatnya Jawa Tengah terutama Semarang bersinar dan sejajar dengan kota besar lainnya di Indonesia. Semoga E-tourism ini bisa sangat membantu promosi pariwisata Jawa Tengah dan niatan Dinbudpar menggandeng para travel blogger ini akan membawa manfaat yang baik untuk kedua belah pihak.

Senangnya bisa berkontribusi untuk kemajuan Indonesia walaupun hanya dari tulisan-tulisan. Bangga rasanya jadi travel blogger. Hidup travel blogger!!!! 🙂 🙂 🙂

visit jateng logo

Tumbu ketemu tutup. Sebuah paribahasa Jawa yang artinya kurang lebih dua orang yang bisa saling melengkapi dalam segala hal. Sebuah ungkapan yang rasanya pas banget bila disematkan pada kami berdua, pasangan suami istri yang berbagi hobby yang sama. Yes! Kami berdua memang hobby ngebolang alias traveling. Tak harus selalu menjelajahi tempat-tempat jauh nan eksotis, kemana pun tujuan kami, akan selalu ada pengalaman dan petualangan seru yang bisa mendekatkan dan menyatukan kami. Bukan hanya ingin bergegas sampai pada tempat tujuan, tapi kami menikmati setiap jengkal perjalanan yang kami lalui.

Pertama kali berkenalan dengan Garuda Indonesia adalah saat aku masih berumur 4 tahun. Itu adalah kali pertama aku naik pesawat dan salah satu pengalaman yang tidak terlupakan bagiku. Saat itu kami medapat sebuah kabar duka, kakek kami tercinta meninggal dunia di Jakarta dan kami pun harus segera tiba di Jakarta sebelum pemakaman beliau. Aku tak terlalu mengingat detail cerita mengenai pemakaman kakek, mungkin karena aku masih kecil dan belum terlalu memahami apa yang sedang terjadi. Satu hal yang kuingat selain wajah sedih kedua orangtuaku adalah pesawat terbang.

Sepertinya nggak perlu menjelaskan panjang lebar lagi mengenai hal yang satu ini. Momtraveler dan traveling adalah dua hal yang memang nggak terpisahkan. Seperti tanaman yang selalu membutuhkan sinar matahari dan air untuk bertumbuh, begitu pun aku dan hobI ku yang satu ini. Traveling adalah udara dan sinar mentari pagi yang selalu bisa membuatku tersenyum bahagia dan merasa bersemangat menjalani hari-hari.  #uhuukk… 😛

Di sela kesibukanku sebagai seorang ibu dan dosen, traveling adalah sesuatu yang sangat aku tunggu-tunggu. Traveling bukan lagi sebuah kegiatan yang hanya kulakukan sesekali saat liburan tiba, sekarang traveling sudah menjadi kebutuhan tersendiri. Dengan segala keterbatasan, baik dari segi waktu maupun doku 😛 aku selalu punya cara agar selalu bisa traveling. Dan betapa beruntungnya aku karena terlahir di Indonesia dengan alam nggak ketulungan indahnya. 🙂

Ketika banyak dari kita merasa bangga berfoto dengan latar belakang Petronas, Tokyo Tower, atau Menara Eifel, aku merasakan kebahagiaan dan kepuasan tersendiri saat berfoto dengan latar belakang alam Indonesia. Bukannya nggak pengen traveling keluar negeri, sebagai penggila traveling aku pun punya keinginan menjelajahi dunia, tapi sebagai warga negara yang baik aku merasa bertanggung jawab memperkenalkan kecantikan Indonesia pada mata dunia.

B3NVtPKCUAEtcYz.jpg-large-730x410

Aaahh … so Indonesia is a city in Bali?” tanya seorang Canadian yang sempat kuajak ngobrol ketika aku berkesempatan traveling ke Vancouover.

Entah karena si bule ini yang kurang gaul atau memang Indonesia yang kalah pamor sama Bali, kalimat itu membuatku sedih. Sakitnya tuh disini #tepokjidat. Sejak itu aku bertekad bulat untuk bisa keliling Indonesia. Aku ingin jadi salah satu travel blogger yang nggak cuma nampang cantik di luar negeri, tapi bisa mengharumkan nama Indonesia. Amiiiinn….. 🙂

Bukan perkara mudah meraih cita-cita itu. Indonesia yang luar biasa luasnya harus dihadapkan dengan sempitnya kondisi dompetku.  But giving up is not an option at all.  Untunglah sekarang banyak promo tiket murah yang terbukti sangat membantu para traveler pas-pasan dengan impian besar sepertiku. Alhamdhulilah sudah beberapa kali berhasil menggondol tiket murah berkat Traveloka. Dengan banyaknya tawaran promo, seperti Happy Friday dan kemudahan bertransaksi, Traveloka selalu jadi andalankku setiap kali merencanakan traveling. Traveloka is indeed the best companion a traveler could ever wish for. 🙂

Banyak sekali destinasi impian di Indonesia yang belum aku kunjungi. Perjalananku di mulai dari ujung Barat Indonesia yang juga menjadi kampung halaman tercinta, Aceh, dan insyaallah akan berakhir di Ujung Timur suatu hari nanti. Beberapa tempat di Pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan sudah aku datangi, dan masih ada satu bagian Indonesia yang belum terjelajahi olehku.

Mutiara yang terlupakan. Begitulah aku biasa menyebut Indonesia Timur. Keindahannya tak terbantahkan, namun masih sangat minim sentuhan. 🙁 Andaikan kaki ini bisa menjejak di wilayah Indonesia Timur aku akan merasa sangat bangga dan bahagia. Bangga karena bagi orang Aceh yang notabene berada di ujung Barat, bisa melangkah hingga Timur adalah sebuah pencapaian besar. Bisa nyampe Bali aja keren apalagi sampai ke Indonesia Timur?? 😛 Bahagia karena aku bisa menyaksikan lukisan alam yang milik Sang Maha Sempurna yang akan kubagi dengan semua pembaca setia blogku. #tsaaaahhh…..

credit
credit

Dari sekian banyak sempalan surga di Indonesia Timur aku ingin mengunjungi Manado. Aneh? Nggak juga ah, secara kita semua tahu keindahan kota ini dan pastinya aku punya alasan tersendiri mengapa Manado menjadi destinasi incaranku. 😉
Manado punya Taman Laut Bunaken, dan beberapa gugusan pulau kecil yang indah seperti Pulau Manado Tua dan Pulau Siladen. Ada pula Pantai Malalayang yang asyik dikunjungi saat senja, cocok banget untukku yang memang pengagum berat pantai. Aku juga ingin merasakan sejuknya Air Terjun Kima Atas dan segarnya air di Danau Tondano. Danau Tondano ini mirip seperti Danau Toba karena memang terjadi akibat letusan vulkanik. Kecantikannya? Pastilah nggak kalah dengan Danau Toba, meskipun namanya belum setenar Danau Toba. 🙁

Keindahan Danau Tondano. Photo by: Backpacker Indonesia
Keindahan Danau Tondano. Photo by: Backpacker Indonesia

 

Bunaken - under water photo by: gonjangganjing.com
Bunaken – under water
photo by: gonjangganjing.com

Berhubung aku adalah traveler yang memang suka mengajak anak dalam setiap perjalananku, aku selalu punya misi yang ingin kusampaikan pada si kecil. Traveling itu nggak melulu bersenang-senang tapi selalu ada makna di balik perjalanan itu sendiri. Selain memperlihatkan keindahan alam aku ingin anakku memahami semboyan Indonesia. Bhineka Tunggal Ika. Kita hidup dalam negara yang penuh dengan keanekaragaman dan perbedaan, dan itulah yang membedakan kita dengan negara lainnya. Berbeda tetapi satu.

Manado adalah contoh yang cocok untuk mengajarkan kebersamaan dan kerukunan beragama pada anakku. Umat dari berbagai agama hidup berdampingan di Manado. Sesuai dengan semboyan kota ini, Torang Semua Basudara, yang memang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Keyakinan inilah yang menjadikan pemerintah mendirikan Bukit Kasih yang menjadi simbol kerukunan antar seluruh umat beragama. Berbeda itu indah, dan alangkah lebih indahnya bila kita saling menghargai perbedaan yang ada .

Kain Bantenan Khas Sulawesi Utara
Kain Bantenan Khas Sulawesi Utara

Taman-Wisata-Tandurusa-300x201
pengen foto sama si imut. credit photo

Traveling nggak lengkap rasanya tanpa belanja oleh-oleh ya. Sebenernya kalau boleh si ada satu yang ingin kubawa dari Manado; Tarsius. Yes!! Si imut dengan mata bulat menggemaskan ini adalah satwa khas Sulawesi Utara. Berhubung satwa ini dilindungi dan aku nggak mau kena masalah di Bandara, cukup puas lah kalau aku bisa memeluk si mungil dan berfoto dengannya. 😉

Pernah dengar kain Bantenan? Kain songket ini bukan berasal dari Banten, tapi dari Desa Bantenan di Sulawesi Utara dan menjadi souvenir khas yang sangat ingin kubawa pulang kalau aku ke Manado nanti. Indonesia itu nggak hanya kaya akan keindahan alam, tapi juga budaya. Jadi sebagai seorang travel blogger, aku pun ingin memperkenalkan cantiknya songket Bantenan ini ke seluruh dunia dong. 😉

Tempat seindah Manado tentulah akan makin sempurna dikunjungi bersama sang terkasih. Yup … dua partner ngebolangku yang paling setia, kalian lah yang akan menemaniku menyusuri keindahan Manado. Siapa bilang traveling itu cuma kegiatan para jombloers, ABG, atau orang kantoran??? Nope!! Even a mother and her baby can be a traveler. 🙂 Dan itulah yang membedakanku dengan para traveler lainnya. And I am really proud of it.  🙂

 

lombok-2014-196
traveling selalu indah bersama kalian 🙂

Assalamualaikum sahabats ….
Sudah lama bangeet ingin mengunjungi Museum Kereta Api Ambarawa dan selalu aja tertunda karena berbagai hal. Kebetulan Museum ini juga sedang dalam proses renovasinya yang cukup lama. Suatu hari pas balik dari kampus aku baca sebuah spanduk yang bertuliskan “Museum Kereta Api Ambarawa di buka untuk umum per 1 Oktober 2014” dan langsung deh menjadwalkan tepatnya sedikit memaksa abang untuk segera capcuss kesana. 😛

Kami memutuskan berangkat pagi-pagi untuk menghindari macet dan supaya bisa menikmati pemandangan di Jalan Tol Semarang – Ungaran yang ijo royo-royo. Buat yang belum pernah melewati jalan tol ini harus banget deh nyobain. Sementara ini satu-satunya jalan tol di Indonesia yang penuh kelokan, tanjakan, dan pemandangan yang hijau dan menyejukkan ya ada disini. 😉 Jalan tol ini juga membantu banget bagi kita yang ingin bepergian ke Solo dan Jogja dari Semarang yang selama bertahun-tahun terjebak kemacetan parah di daerah Ungaran.

Back to the topic, Museum Kereta Api berada di pusat kota Ambarawa jadi nggak sulit menemukannya. Tepatnya setelah Monumen Palagan Ambarawa, belok ke kiri. Ikuti jalan itu aja dan kita akan sampai. Kalau bingung, pasang aja GPS kalian, insyaallah nyampe juga. 🙂 Sekitar jam 9.00 kami sudah sampai di TKP dan ternyata sudah lumayan banyak pengunjung yang datang. Setelah membayar tiket masuknya, langsung deh kami masuk. 🙂

museum-ambarawa-4
welcome to the Train Museum 🙂

Aku sudah membayangkan akan ada kejutan spesial untuk Nadia, naik kereta api kuno sambil menikmati pemandangan hijaunya persawahan yang dibingkai oleh gagahnya gunung Telomoyo. Sejak aku kecil kereta api kuno ini memang melayani penumpang meskipun dengan jarak yang dekat tapi memang sensasi naik kereta api kuno beda banget dengan kereta api masa kini. Aku yakin pasti Nadia suka banget. Ternyata …..

“Keretanya sudah nggak beroperasi lagi mbak,” kata salah seorang petugas Museum.
Whaaattttt????? Dan penontonpun kuciwa beraattt!!! 🙁

Ternyata kebijakan terbaru dari Museum Kereta Api ini tidak lagi melayani penumpang seperti biasa. Kereta api ini hanya melayani sewa untuk rombongan, yang mana biayanya mencapai Rp. 5.000.000, an. Weleeehhh …… mihiil bingiitss ya. Untung aku belum bilang Nadia kalau kami akan naik kereta, jadi dia nggak merasa kecewa seperti aku. 🙁

Ya sudahlah, kalau memang nggak bisa naik kereta toh kita masih bisa menikmati Museum Kereta Api kan. Museum Kereta Api Ambarawa ini ternyata satu-satunya Museum Kereta Api di dunia yang punya koleksi kereta api cukup lengkap. Bayangkan … kereta api dari tahun 1600an masih tersimpan dan terawat baik di Museum ini.

tampak depan Museum yang dahulu merupakan stasiun kereta api. masih seperti aslinya
tampak depan Museum yang dahulu merupakan stasiun kereta api. masih seperti aslinya

ruang tunggu stasiun
ruang tunggu stasiun

Memasuki gedung Museum ini kita akan langsung merasakan nuansa jadulnya. Ya iyalah … secara bangunan ini di bangun pada tanggal 21 Mei 1873. Saat itu Raja Willem I memutuskan untuk membangun jalur kereta api di kawasan Ambarawa untuk mempermudah pengangkutan tentara, pasokan peralatan militer, dan bahan alam dari Semarang menuju ke kota-kota kecil di sekitarnya, termasuk Jogjakarta.

Bangunan stasiun kereta yang asli masiih dipertahankan, bahkan dengan detail. Ada jam dinding yang berumur sama dengan bangunan ini dan masih berfungsi dengan baik. Ada pula ruang tunggu stasiun lengkap dengan furniture kayu yang kuno dan cantik banget. Semua perlengkapan stasiun kereta api masih tersimpan dengan rapi di ruang pamer museum. Dari mulai mesin tik, mesin kasir, mesin pencetak tiket, bahkan topi para masinis dari berbagai era terdokumentasikan dengan baik. Suka deh sama Museum ini. 🙂

beberapa koleksi mesin kasir yg terpajang di ruang pamer Museum
beberapa koleksi mesin kasir yg terpajang di ruang pamer Museum

semua alat ini masih berfungsi dengan baik lho, padahal di buat tahun 1800an
semua alat ini masih berfungsi dengan baik lho, padahal di buat tahun 1800an

Setelah puas menikmati koleksi Museum di ruang pamer, Nadia sudah sibuk ngajakin kami menengok belasan kereta api yang berjajar di luar. Lokomotif pertama yang menarik perhatianku adalah lokomotif dengan nomor seri C 1240 karena bentuknya yang cukup unik dan berbeda dari lokomotof pada umumnya. Apabila bentuk lokomotif biasanya berbentuk kotak, maka lokomotif C 1240 ini berbentuk seperti tabung. Lokomotif ini dahulu berseri SS (Staatsspoorwegen) 400. Di desain oleh Hartmann Chemnits dan mulai beroperasi sejak tahun 1896. Kecepatan maksimal dari lokomotif ini adalah 55 km/jam dengan tenaga pada rel mencapai 350 kecepatan kuda. Panjang lokomotif mencapai 8.578 meter dengan lebar 2.450 meter. Dengan bentuknya yang unik dan kecepatannya yang tinggi, kereta ini mampu mengangkut balok-balok kayu dalam jumlah besar.

salah satu koleksi kereta uap
salah satu koleksi kereta uap

Kereta Uap CC 50 29 .. meskipun udah nggak bisa jalan masih gagah kalau di foto, di buat ajang selfie pun oke :P
Kereta Uap CC 50 29 .. meskipun udah nggak bisa jalan masih gagah kalau di foto, di buat ajang selfie pun oke 😛

Ada pula lokomotif berseri C. 2821 atau SS (Staatsspoorwegen) 1300 yang dahulu berfungsi sebagai transportasi pengangkut bahan mentah dari beberapa perkebunan. Museum Kereta Api juga berhasil mendapatkan beberapa koleksi baru yang didatangkan dari beberapa tempat di Indonesia. Lokomotif diesel hidrolik D 300 23 yang berasal dari Cepu dan dipindahkan pada tahun 2010, ada pula lokomotif uap B 5112 yang merupakan buatan pabrik Hanomag yang berhasil dioperasikan kembali setelah 30 tahun. Selain itu lokomotif B 2502 dan B 2503 yang hingga saat ini masih aktif menjalankan perannya sebagai kereta api wisata, dengan rute Ambarawa – Tuntang.

museum-ambarawa-13

Jadi semua kereta api kuno yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara memang dibawa ke Museum ini untuk dijadikan sebagai koleksi mereka. Bahkan negara yang pertama kali memproduksi kereta api seperti Belanda dan Swiss sudah tidak lagi memiliki kereta api uap ini lho. Mereka bersedia membayar mahal untuk bisa mengangkut kereta api ini kembali ke negara mereka, dan alhamdhulilah gagal. Salut deh buat pemerintah yang nggak terbuai dengan ratusan ribu Euro. So for those of you who are interested to see those trains … do not hesitate to visit Indonesia. We will welcome you with open arms. 🙂

Aahhh… bahagia deh bisa jalan-jalan ke Museum Kereta Api Ambarawa. Banyak sekali ilmu yang di dapat disini, selain tentunya bahagia karena bisa menghilangkan gatal di kaki karena udah lama nggak jalan hehehe. Semoga kedepannya, makin banyak Museum keren di Indonesia. Jalan-jalan ke Museum itu asyik lho. 🙂

museum-ambarawa-17

Assalamualaikum sahabats  🙂
HELP!!! Aku sakau traveling!!
Ini bukan norak atau lebay tapi beneran deh aku lagi sakau traveling! 🙁 Secara udah lama bingiiiittsss nggak traveling dan mulai sumpek sama urusan pekerjaan. Kaki ini udah mulai gatel nggak ketulungan. Sebelum gatelnya menimbulkan komplikasi ke bagian tubuh yang lain, harus segera diobatin nih. Dan satu-satunya obat yang bisa membuatku sembuh dengan bahagia adalah traveling. 😉

Dengan waktu yang cuma weekend, akhirnya kami putuskan pergi ke tempat yang nggak terlalu jauh dan kami sepakat ke Jepara. Karimun Jawa???? Huhuhuh….. I wish. 🙁 Lagi-lagi karena terbatasnya waktu kami cuma bisa liburan di seputaran kota Jepara. Dan ternyata nggak mengecewakan lho. 🙂

Sabtu siang kami meluncur dari Semarang. Cita-cita kami mau menyambut senja di pantai Bandengan, Jepara. Sayangnya jalur Demak – Kudus macet luar biasa. Perjalanan yang harusnya cuma 2 jam molor jadi 5 jam, walhasil rencana merekam senja pun bubrah!! Hiks 🙁

Sampai Jepara, hari sudah gelap. Kami udah kelaperan dan abang juga capek banget, jadi kami langsung berburu pindang serani, masakan khas Jepara. Ceritanya tentang kuliner nan endes ini insyaallah akan dibahas dalam postingan berikutnya. 😉 Selesai makan kami muter keliling kota sebentar sambil mencari penginapan. Pilihan jatuh pada hotel Asia yang letaknya di kota Jepara. Tapi ternyata nggak recomended banget.  Hotelnya kurang bersih dan nggak nyaman untuk istirahat. Sepertinya tengah malam buta ada balap motor ilegal (trek-trekan) tepat di jalan raya itu. Walhasil suara bising dari motor bikin kami nggak bisa tidur. 🙁

Esoknya paginya jam 06.00 kami langsung check out dari hotel. Tujuan utama adalah pantai Bandengan. Jaraknya dari kota cukup dekat, hanya 7 km. Mungkin karena hari Minggu, pantainya cukup ramai. Pantai Bandengan memang jadi primadona di Jepara dan untuk yang satu ini aku setuju banget. Pantai Bandengan punya fasilitas yang cukup lengkap dan yang paling bikin heppy tuh pantai ini bersih banget. 🙂

Pantai Bandengan Jepara
Pantai Bandengan Jepara

 

Minggu pagi di Pantai Bandengan, rame euuyy ;)
Minggu pagi di Pantai Bandengan, rame euuyy 😉

Liburan keluarga disini juga seru. Pasir pantainya putih bersih, airnya jernih, dan banyak aktivitas yang bisa kita lakukan disini. Harganya pun terjangkau sangat. Untuk anak-anak ada banyak pilihan aktivitas dan inilah yang bikin emak bahagia. Dari mulai snorkeling, banana boat, sampai floating ring (ban) untuk balita pun ada. Keinginan emak untuk traveling tersalurkan dan Nadia pun puas karena bisa main di pantai. 😉
Nah sebelum nyemplung di pantai Bandengan kami putuskan untuk island hopping sejenak. Mumpung masih pagi, pantai belum terlalu ramai, dan udara pun masih sejuk. Eh siapa bilang island hopping cuma bisa di Pulau-pulau yang jauh. Nih buktinya di Jepara juga bisa lho. Dari Pantai Bandengan kita bisa naik kapal dengan tujuan pulau Panjang. Per orangnya ditarik Rp. 15.000 aja. Perjalanannya juga nggak terlalu jauh, ya sekitar 30 menitan lah. Kapalnya tersedia dalam jumlah banyak, jadi kalaupun mau berlama-lama di Pulau Panjang kita selalu bisa naik kapal yang berikutnya. Tinggal bilang aja sama nakhodanya kalau kita akan bayar sejalan saja. Kalau tetepa mau menggunakan kapal yang sama bapak nakhoda dan para kru akan nungguin kita selama di Pulau. 😉

kapal yang digunakan untuk menyeberang ke Pulau Panjang
kapal yang digunakan untuk menyeberang ke Pulau Panjang

Pulau Panjang ini biasa dijadikan tujuan berkemah anak-anak pecinta alam atau para backpacker. Meskipun pulaunya tak berpenghuni tapi fasilitasnya cukup lengkap. Ada mushala, kamar mandi, dan kalau pagi ada pedangan yang menjual berbagai makanan. Jadi nggak perlu khawatir kelaperan kalau mau camping disini.

Jepara-3

Pulau Panjang :)
Pulau Panjang 🙂

Jepara-44
Musim kemarau panjang tahun ini membuat pepohonan yang ada di Pulau Panjang meranggas. Sepanjang mengelilingi pulau Panjang, hampir semua pohonnya kering. Di Pulau Panjang juga ada lokasi transplantasi karang lho. Menurut cerita salah seorang pedagang disini, transplantasi karang ini menjadi salah satu project dari mahasiswa kelautan Undip. Sip lah. Semoga proyeknya lancar, pantai pun terjaga kelestariannya.

meranggas...
meranggas…

Ombak hari itu cukup tinggi jadi kami cuma main di pinggiran aja, toh masih ada pantai Bandengan menanti di seberang sana. 😉 Setelah 1 jam an menjelajah Pulau Panjang, kami kembali ke Pantai Bandengan dengan kapal yang sama. Nadia langsung nodong mau menyewa kano kecil sambil main air di Pantai Bandengan. Oke deh whatever you want honey. 🙂

dermaga di Pulau Panjang
dermaga di Pulau Panjang

Hhhmmm…. memang asyik sih kalau traveling itu ke tempat yang jauh. Sejenak kita melupakan hiruk pikik dan kesibukan sehari-hari, menikmati waktu dan keindahan alam sepuasnya. Tapi kalau memang hanya ada waktu dan dana yang terbatas, bukan berarti nggak bisa traveling juga. Tinggal browsing aja lokasi terdekat yang asyik untuk dikunjungi. Jadi juga kok liburan yang seru. 🙂

Sebagian orang memilih traveling solo, ada pula yang suka traveling rame-rame bareng sahabat atau sama keluarga. Semuanya seru dengan caranya masing-masing. Tapi buatku liburan bareng kedua travelmates sejatiku ini nggak pernah membosankan. Sesederhana apapun liburan kami, sedekat apapun tujuan kami, selama bisa melihat dua travelmatesku tersenyum bahagia, aku pun bahagia. 🙂

One step at a time guys …. one step at a time. 🙂

 

kemanapun tujuannya, asalkan bersama kalian aku bahagia :)
kemanapun tujuannya, asalkan bersama kalian aku bahagia 🙂

Assalamualaikum sahabats 🙂
Festival-Kota-Lama-Smg-2Akhir-akhir ini banyak banget festival di Indonesia ya. Mulai dari festival budaya hingga festival yang memperkenalkan kekayaan alam Indonesia, semuanya keren. Rasanya kalau bisa tuh pengen banget mengunjungi semuanya. Saking pengennya, aku suka baca info tentang festival yang lagi diselenggarakan di Indonesia. Good news, sebuah festival keren akhirnya diselenggarakan di Semarang. 🙂

Festival Tentoonstelling atau dalam bahasa penduduk setempatnya, Festival Pasar Sentiling, akhir bulan lalu diadakan di kota Semarang. Festival yang bertempat di kota lama Semarang ini ternyata pernah diadakan seratus tahun yang lalu oleh pemerintah kolonial Belanda tepatnya pada tahun 1914. Dahulu Pameran ini diadakan dari dareah perbukitan kota semarang hingga kota Pelabuhan atau sekarang lebih dikenal dengan Kota Lama. Pemerintah belanda mengundang negara seperti China, Jepang, India, Perancis, Inggris, dan beberapa negara Eropa lainnya untuk menghadiri perhelatan ini. Festival ini diadakan untuk merayakan 100 tahun merdekanya Belanda dari penjajahan Perancis. Belanda ingin menunjuukan pencapaian dan keberhasilannya dalam mengelola daerah koloninya pada dunia.

Festival-Kota-Lama-Smg-6

Festival-Kota-Lama-Smg-8
Pengunjungnya juga lumayan banyak. Dari mulai bule sampai komunitas pecinta barang antik. Seru juga melihat barang-barang yang hampir terlupakan seperti mesin tik kuno, kamera, dan keramik khas Belanda juga China. Ada juga majalah edisi tahun 1970an, modelnya sekarang udah pada sepuh kali ya.

keramaian festival
keramaian festival

oldies ;)
oldies 😉

Selain itu, kami mampir ke paviliun De Vrouw yang berlokasi di Galeri Semarang. Sumpah deh bertahun-tahun tinggal di Semarang baru tahu ada museum di Kota Lama hehehe.

inside galery De Vrouw
inside galery De Vrouw

Museum ini mengambil tempat di sebuah gedung tua yang di renovasi menjadi sebuah galeri dengan berbagai koleksi. De Vrouw menampilkan sejarah Koloniale Tentoonstelling serta memaknai peran dan aktivitas para perempuan dalam konteks budaya pada masa kuno, kini dan nanti. Disini ditampilkan juga beberapa perempuan asal Semarang yang banyak berkontribusi bagi perkembangan Indoensia seeperti Nyonya Meneer, NH Dhini, Anne Avantie, Sri Mulyani, hingga Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yang ibunya berasal dari Kota Semarang.
Ternyata Semarang pernah mengalami masa keemasan dan menjadi salah satu kota pelabuhan terpenting di dunia. Semoga Semarang bisa segera bangkit dan disejajarkan dengan ibukota lainnya. Hidup Semarang. 🙂

Festival-Kota-Lama-Smg-20

 

Gereja Blenduk, salah satu bangunan tua di kota lama Semarang
Gereja Blenduk, salah satu bangunan tua di kota lama Semarang

Assalamualaikum Sahabats 🙂
Sebagai kota yang menjadi pertemuan tiga etnis (Arab, Jawa, dan China), kota Semarang sarat akan bangunan bersejarah nan cantik jelita dan asyik banget untuk dijelajahi. Semarang memang belum seramai Bandung dan Surabaya tapi cocok juga lho dijadikan pelarian bersama keluarga saat weekend. 😉

Bagi kalian yang hobby kuliner dan pecinta wisata sejarah, Semarang is the perfect destination. Soal kuliner Semarang yang endess sudah pernah aku ulas disini ya. Boleh banget dijadiin referensi saat berburu kuliner khas Semarang.
Terus bangunan bersejarah apa aja yang bisa kita nikmati di Semarang? Gereja Blenduk? Lawang Sewu? Klenteng Sam Po Kong? Biasa banget nggak sih?! Gimana kalau sedikit melipir ke daerah atas Semarang dan sejenak singgah di Vihara Budhagaya. Vihara ini umurnya memang nggak setua Klenteng Sam Po Kong, lokasinya pun nggak terlalu luas, tapi asyik juga lho dikunjungi. Nggak percaya? Yuk sini aku kasih liat seperti apa merah meronanya Vihara Budhagaya ini.

20140816_085902-e1412726811869

20140816_090525-e1412814615623
Terletak di kawasan Watugong, tepatnya di jalan utama Semarang menuju kota Solo dan Jogja. Dari kejauhan kita sudah bisa melihat bangunannya yang berwarna merah dan memang cukup tinggi. Sengaja dibangun di tempat yang tinggi dengan Patung Dewi Kwan Im mengelilingi seluruh penjuru bangunan karena menurut kepercayaan penganut agama Budha, keberadaan Dewi Kwan Im ini akan menjaga kota Semarang dari berbagai arah mata angin.
Meskipun bangunan Vihara Budhagaya ini termasuk baru tapi ada pohon Bodhi yang sudah ditanam disini sejak tahun 1955. Pohon Bodhi memang erat dengan agama Budha karena di bawah pohon inilah sang Budha dahulu dilahirkan. Pohon Bodhi yang ada di Vihara ini sudah sangat besar dan rindang. Membuat suasana Vihara jadi sejuk dan asri. Ada banyak pita merah yang terikat di dahan pohonnya. Sepertinya pita ini berisi semacam jimat atau doa karena aku lihat ada nama-nama tertulis disitu. Mungkin semacam doa dan harapan yang digantungkan di pohon agar segera tercapai ya. 🙂

pohon Bodhi ini umurnya sudah 25 tahun lebih
pohon Bodhi ini umurnya sudah 25 tahun lebih

Masuk ke dalam Vihara ini free of charge lho alias gratis tis tis. 😉 Lokasinya juga relative sepi dibandingkan dengan Klenteng Sam Po Kong, jadi puas deh kalo mau selfie disini. 😛 bentuk bangunan viharanya juga cantik dan menjulang ke atas. Menikmatinya cukup dari luarnya aja yah, karena di area sembayangnya, tentu saja penganut agama lain nggak boleh masuk. Tapi masih bisa di foto kok dari luar. 🙂

20140816_090717-e1412813112934

 

20140816_090841
Satu hal yang penting diingat saat mengunjungi vihara (dan semua tempat ibadah lainnya), pakailah baju yang pantas dan sopan. Perilaku juga dijaga ya, jangan teriak-teriak atau berkelakuan yang norak-norak bergembira ya. Ini semua tujuannya untuk menghormati ajaran agama dan penganutnya. Behave yourself and other people will respect you more.
Happy traveling guys.

20140816_084756-e1412814862538